Pada bulan Ramadhan tahun 1439 H, Mu’allimin mengirimkan para Mubaligh Muda yang tergabung dalam Program Mubaligh Hijrah Internasional. Untuk program tersebut, Mu’allimin mengirimkan para Mubaligh muda tersebut ke negara Malaysia, Thailand, Kamboja, dan Jepang. Ke Negeri Sakura Jepang, Madrasah Mu’allimin Muhammadiya Yogyakarta mengirmkan 1 orang da’i Mubaligh Hijrah atas nama Nabil Makarim dan menjadi imam di Masjid Mihara, salah satu masjid di kota Hiroshima, Jepang.
Muballigh hijrah Internasional yang ditempatkan di Malaysia tersebut tiba di Malaysia, Jumat (18/05/2018). Menariknya, kedatangan mereka di bandar udara Kuala Lumpur Malaysia mendapat sambutan instimewa. disambut penuh kekeluargaan dari tuan rumah yang nanti akan ditempati selama berdakwah di Malaysia.
“Saya terharu. Saya dan teman-teman merasakan seperti hidup dalam impian, bermimpi seperti diperlakukan dalam kisah hijrah Nabi Muhammad beserta kaum Muhajirin, dan kaum Anshor di sisi lain sebagai penerima. Cuma tidak semelankolis ketika difilmkan,” aku Revaldi, salah satu peserta program Mubaligh Hijrah Internasional yang merupakan putra Ketua Pimpinan Ranting MUhammadiyah (PRM) Desa Bendo Pare Kediri ketika tiba di bandara.
Sementara itu, petugas pendamping muballigh hijrah Internasional Mu’alimin Muhammadiyah Yogyakarta, ustadz Husnan Wadi yang dihubungi via nomor whatsapp pribadinya mengatakan, para santri sudah mulai berdakwah, terutama yang bertugas di Selangor. “Kami para pendamping berjumlah 5 orang harus mobile ke seluruh tempat dan camp-camp mereka,” jelas dia.
Sesuai data, para mubaligh Indonesia dari Mu’alimin Muhammadiyah Yogyakarta tersebut akan melakukan dakwah di sejumlah tempat. Charisma Candraa H dan M. Ahsani Taqwim akan melakukan dakwah di Masjid Al Muhsinin, Jalan Desa Bakti, Taman Desa, 58100 Kuala Lumpur, Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur. Sementara mubaligh Ardhanu Raka dan Ananda Mufid mendapat giliran dakwah di Masjid Al Ehsan, Jalan Jeli 24 / 25, 40300 Shah Alam, Selangor Darul Ehsan, Malaysia.
Adapun mubaligh Audza Izba’ Alhaq, Faiz Arwi Assalimi, Naufal Abdul Aziz, dan Sibgah Amanullah ditempatkan melakukan dakwah di Rumah Anak-anak Yatim Salimah, Lot 102 KG Aur, Mukim Telong, 16310 Bachor, Kelantan Darul Naim, Malaysia. Untuk mubaligh Akhdan Ahmad Mahfuz, Nuurin Ajrin Karim, dan Syafrizal Rasyid Ahmad ditempatkan di Rumah anak yatim Ruqayyah Sungai Merab, Selangor. Sementara, Adib Helga P dan Aditya Farhan S ditugaskan berdakwah di Homestay Dr Nordin, Kajang, Selangor, Jl Angsana Kampung Sungai Ramal, 43000 Kajang,selangor,Malaysia.
Berbeda dengan mereka, mubaligh Muhammad Syauqi DH, Muhammad Helmy Alfian, dan Muhammad Ghossan NDE dikirim ke Masjid Darussalam, puchong, Selangor dan Masjid Darussalam KG Pasir, Batu 13 1/2, Jl. Puchong 47100, Puchong, Selangor Darul Ehsan Ummah sebagai area dakwahnya. Untuk mubaligh Aldhito Iqbal Nugraha dan Andi Zachran Zuhair dikirim berdakwah ke MAPIM No. 67, Jalan Sungai Layar, Pinggiran Taman Seri Negeri, Penghulu Him, 08000 Sungai Petani, Kedah Darul Aman, Malaysia.
Adapun mubaligh Affan Alam, Ahmad Nail Alirfani dan Ahmad Mufti R dikirim ke Lot 42186 – 4 jalan kenanga, sungai ramal dalam, 43000 Kajang, Selangor, Darul Ehsan. Untuk mubaligh Muhammad Azzam Al Faruq dan Muhammad Al Chanif dikirim ke Surau Insaninya Hill Park, Bandar Teknologi Kanjang 43500 Semenyih Selangor Malaysia. Sedangkan mubaligh Dhiya’uddin adha Suhadi dan Arqam M. Amrullah dikirim ke No.143a Taman kajang perdana 2/10 jalan kajang perdana 43000 kajang Selangor. Dan terakhir mubaligh Ryan M Iqbal dan Fauza Akbar Shomat dikirim ke Sekolah Sri Saremban No. 127, Nilai Square 71800, Nilai, Negeri Sembilan. Untuk alamat menginap: Nilai Perdana, Nilai, Negeri Sembilan (Dkt stasiun).
Para santri dari Madrasah Mu’alimin Muhammadiyah Yogyakarta yang telah dikirim untuk melakukan dakwah di Malaysia itu tersebar ke sejumlah tempat dan mengajarkan berbagai hal, mulai dari Quran, hadits, hingga kegiatan bela diri seperti tapak suci.
Kemajuan yang dicapai Malaysia ternyata tidak lepas dari Indonesia. Paling tidak, itu terlihat dari pengakuan Ustadz Husnan Wadi. Dengan mengutip pernyataan pendiri Universitas Putra Malaysia (UPM) Dr Abdur Rahman, Husnan berkisah bahwa pihak kerajaan Malaysia pada 1969 mengirim 25 mahasiswa ke Universitas Gajah Mada (UGM) Jogjakarta dan indekos di kampung Mantri Jeron Jogjakarta.
“Sekitar tahun 1975 ke-25 mahasiswa Malaysia lulus dan kembali ke negeri mereka,” kisah Husnan.
Dari tahun itulah, lanjut dia, Dr Abdur Rahman mengrmbangkan pendidikan berbasis al Qur’an dan mendirikan Universitas Putra Malaysia (UPM) dan Panti Asuhan diberi nama Pusat Kanak-kanak Yatim Miskin Rukayah. Isteri Dr Abdur Rahman sangat mendukung perjuangan suaminya dan menyelesaikan S-3 di Inggris. Sambil mengajak ustadz Husnan Wadi, Dr Abdur Rahman mengelilingi UPM, walaupun saat ini Dr Abdur Rahman telah pensiun dari UPM.
“Kami tetap membutuhkan tenaga da’i dari Madrasah Mu’alimin Muhammadiyah Yogyakarta, untuk menyupport warga Malaysia yang mempercayakan kepentingan pengetahuan agama islam kepada saya, terutama versi agama Islam yang bersumber dari al Quran dan hadits shokhih,” ujar Ustadz Husnan mengakhiri kisahnya.