Mu’allimin, Yogyakarta – Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta kembali menggelar pengajian bulanan pegawai yang rutin diadakan setiap awal bulan. Pada edisi Mei 2025, pengajian ini menghadirkan Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dr. H. M. Nurul Yamin, Drs., M.Si., sebagai narasumber utama. Acara berlangsung pada Sabtu (3/5) di Aula Kampus Induk Mu’allimin mengusung tema “Muhammadiyah dan Pemberdayaan Masyarakat.”
Direktur Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah, H. Aly Aulia, Lc., M.Hum., turut hadir dan membuka acara dengan sambutan. Dalam pesannya, ia menekankan bahwa kegiatan ini menjadi sarana penting untuk memahami bagaimana Muhammadiyah menjawab tantangan sosial masyarakat melalui kiprah Majelis Pemberdayaan Masyarakat.
“Mudah-mudahan ini menjadi bekal pengetahuan bagi para asatidz, sekaligus ajang diskusi dan pembelajaran tentang langkah-langkah strategis Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat,” ujar Aly Aulia.
Pada kesempatan yang sama, digelar pula acara pelepasan purna tugas pegawai Mu’allimin, Yunan Arifin, dari divisi Tata Usaha. Selama lebih dari 18 tahun pengabdian, Yunan telah menjalani berbagai peran, termasuk pernah menjadi pengemudi/driver Direktur. Ia menyampaikan rasa syukurnya atas pengalaman berharga selama bekerja di Mu’allimin.
“Mu’allimin bukan sekadar tempat bekerja, tapi rumah kedua yang penuh ukhuwah, semangat perjuangan, dan dedikasi dalam mendidik kader umat dan bangsa,” ungkap Yunan.
Memasuki sesi utama, Dr. Nurul Yamin mengawali materinya dengan nostalgia masa mudanya saat pertama kali menempuh pendidikan di Gedung Mu’allimin 44 tahun silam. Ia menyebut bahwa gedung tersebut menyimpan nilai sejarah yang kuat dalam perjalanan pendidikan Muhammadiyah.
“Mu’allimin memiliki peran besar dalam cikal bakal berdirinya Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Semangat dan nilai-nilainya turut diwariskan ke UMY,” kenang Nurul Yamin.
Dalam materinya, Nurul Yamin menegaskan bahwa semangat Al-Maun menjadi landasan utama gerakan MPM dalam mengatasi persoalan-persoalan sosial masyarakat.
“Spirit Al-Maun terus menjadi pedoman kami dalam menjalankan program-program pemberdayaan yang berorientasi pada masyarakat akar rumput,” jelasnya.
Ia juga memaparkan salah satu program prioritas hasil Muktamar Muhammadiyah ke-48, yaitu memperkuat dan memperluas basis umat di tingkat akar rumput melalui gerakan jamaah dan dakwah komunitas. Fokus pemberdayaan MPM mencakup wilayah 3T, petani, nelayan, buruh, difabel, dan masyarakat miskin perkotaan.
“Kami ingin kehadiran MPM benar-benar dirasakan oleh mereka yang membutuhkan, membawa kemandirian dan kesejahteraan yang berkelanjutan,” tegasnya.
Beberapa program nyata yang telah dijalankan MPM dan mendapat respons positif dari masyarakat antara lain: Gerakan ekonomi inklusif TelurMoe oleh Jatam Difabel, pengelolaan sumber air masyarakat Pasimas Feto Mone di NTT, konversi profesi pemulung menjadi wirausahawan sampah, penguatan Jamaah Tani dan Nelayan Muhammadiyah, serta program keberlanjutan untuk suku Dayak Baturanjang di Kalimantan Timur dengan slogan “Dari Hutan ke Masjid.” Tak hanya itu, masih banyak lagi program MPM yang juga dirasakan Masyarakat luas.






