Mu’allimin Yogyakarta - Dalam rangka menumbuhkan jiwa filantropi siswanya, Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta pada, Jum’at-Sabtu (8-9/7/2022) mengadakan kegiatan Tabligh Akbar dan Bakti Sosial di dusun Kadibeso, Argodadi, Bantul.
Kegiatan ini diikuti oleh 25 siswa yang merupakan perwakilan dari pimpinan tujuh Organisasi Santri (Organtri) yang ada di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta.
Dalam sambutannya, Kepala Dusun Kadibeso Jono menyambut para siswa yang mengikuti kegiatan Tabligh Akbar dan Bakti Sosial ini dengan hangat.
“Kami berterima kasih kepada Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta karena telah menyelenggarakan kegiatan ini di dusun kami, hal ini tentunya sangat bermanfaat tidak hanya bagi kami, tetapi semoga bermanfaat juga bagi para siswa yang mengikuti kegiatan ini,” ujar Jono.
Dalam kegiatan Tabligh Akbar yang diselenggarakan pada Jum’at malam, Direktur Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta H Aly Aulia Lc MHum menjadi pemateri dalam kegiatan tersebut. Aly menyampaikan bahwa di dalam bulan dzulhijjah ini terdapat tiga ibrah yang dapat diambil.
“Ibrah yang pertama adalah bahwa di bulan ini Allah mensyari’atkan dua buah amalan yang tujuannya untuk mendekatkan diri kepada Allah, dua amalan itu adalah Haji dan Kurban. Dengan adanya kedua amalan tersebut, diharapkan dapat meningkatkan kedekatan kita kepada Allah dan tanda dari dekatnya kita kepada Allah adalah dengan kita tetap berislam, tetap beriman, dan tetap menjadi pribadi yang muttaqin, bertaqwa,” ujar Aly.
Aly lalu menyampaikan bahwa ibrah kedua dari bulan Dzulhijjah ini adalah bagaimana nabi Ibrahim menjadi sosok ayah yang luar biasa.
“Ketika nabi Ibrahim mendapat perintah dari Allah untuk menyembelih Ismail, anaknya, nabi Ibrahim tidak serta merta langsung menyembelih anaknya itu, tetapi nabi Ibrahim memilih untuk mendiskusikannya dengan anaknya terlebih dahulu. Dari situ dapat diambil kesimpulan bahwa untuk menjadi ayah yang baik bukan dengan sikap otoriter, tetapi dengan dialog yang baik, karena di dalam Al-Qur’an sendiri terdapat 16 dari 19 dialog antara ayah dan anak, dan ada penelitian yang menyebutkan bahwa terjadinya kasus penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada anak disebabkan oleh tidak adanya sosok ayah yang mengayomi baik,” jelas Aly.
Ibrah ketiga dari bukan Dzulhuijjah menurut Aly adalah Ismail sebetulnya adalah simbol kecintaan kita terhadap dunia, yang masing-masing dari kita punya dalam diri kita.
“Wujud dari ibadah kurban merupakan wujud untuk mengorbankan diri Ismail kita sebagai simbol kecintaan kita terhadap dunia untuk Allah,” kata Aly.
Kegiatan baksos dilaksanakan keesokan harinya setelah ibadah iduladha ditunaikan, kegiatan baksos ini dibarengi dengan kegiatan penyembelihan hewan kurban dan bazar pakaian murah layak pakai dengan harga di bawah Rp. 10.000.
Teknis pelaksanaan baksos ini dilakukan dengan pembagian kupon yang sebelumnya telah dibagikan kepada warga sekitar, lalu kupon ditukarkan dengan uang sejumlah Rp. 10.000 kepada siswa yang bertugas pada saat pelaksanaan baksos. (HumasNews/Yud)