Di tempat ini, dua santri kami dititipkan selama beberapa hari sebelum berpindah ke tempat seharusnya, Rumah Kebajikan Gemilang, Sik, Kedah. Nama tempat ini adalah Pertubuhan Kebajikan Warga Emas Raudhatul Jannah, Sik. Para santri di tempat ini belajar Islam dari hal-hal sederhana, seperti thaharah dan iqra'. Yang belajar bukan hanya anak-anak, tetapi juga orang dewasa. Meski dewasa, jika belum mampu hal-hal dasar, maka harus belajar bersama lainnya yg masih belia.
Ketika berbincang, mudir/direktur-nya mengatakan bahwa potensi dasar anak-anak malaysia tidaklah sebaik indonesia. Saya coba untuk memberi tanggapan sopan dengan mengatakan bahwa itu hanya di level pendidikan dasar dan menengah, tetapi tidak di level perguruan tinggi. Ternyata komentar dari direkturnya adalah, bahwa kelebihan malaysia adalah pembangunan infrastrukturnya.
Sejak menginjakkan kaki di negara ini, beberapa hari yang lalu, memang sy sempat mengasumsikan bahwa orang indonesia lebih potensial. Tetapi fakta kemajuan fisik dan pembangunan yg dimiliki malaysia membuat saya menyimpulkan bahwa mereka memiliki sikap dan komitmen yg lebih baik. Tak bisa dinafikan bahwa sikap lebih penting dari sekedar kepintaran. Hal itu harus menjadi bahan evaluasi kita.
Oleh : Anton Ismunanto ( Pembimbing MHI Mu'allimin di Malaysia)