Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta mengadakan prosesi upacara akhir tahun dan sekaligus pelepasan santri Mubaligh Hijrah, Selasa (23/5). Sebanyak 30 santri diterjunkan ke Malaysia dan Thailand serta 290 santri lainnya dikirim ke seluruh pelosok Indonesia, meliputi Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.
Pelepasan anak panah Muhammadiyah yang berlangsung di komplek Madrasah Mu’allimin itu dilakukan secara resmi oleh Muclas Abror, didampingi Direktur Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Aly Aulia. Dalam kesempatan itu, Muchlas memberikan beberapa nasehat bagi para santri yang akan diterjunkan ke masyarakat selama minimal 20 hari.
Pertama, para santri dalam berdakwah harus mengedepankan sikap memberi bukan meminta. “Memberi peran, memberi pelajaran, bagaikan matahari yang memberi cahaya terang,” katanya. Kedua, berdakwah itu adalah melayani bukan minta dilayani.
Ketiga, bertabligh itu adalah untuk membawa kemajuan, bukan justru membawa kemunduran. Keempat, berdakwah itu merangkul, bukan memukul. “Dakwah itu mengajak, haruslah dilakukan dengan baik,. Jauh berbeda halnya dengan cara kekerasan dan paksaan,” tutur mantan sekretaris PP Muhammadiyah itu.
Kelima, dakwah itu memudahkan dan bukan menyulitkan. Hal itu, kata Muchlas, sesuai dengan sabda nabi, yassiru wa la tu’assiru. Ketika menghadapi perbedaan pendapat, harus mengedepankan dialog dan musyawarah.
Keenam, Muchlas mewasiatkan untuk senantiasa mengamalkan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Dalam pandangan Muhammadiyah, kata Muchlas, negara Pancasila sebagai Darul Ahdi wa Syahadah. Artinya, Indonesia merupakan negara konsensus dan sekaligus sebagai negara tempat untuk pembuktian dan membaktikan diri.
Ketujuh, para santri harus menjaga nama baik Muhammadiyah. “Kesadaran tanggung jawab dan ketulusan untuk mendapatkan keridhaan Allah semata,” ujar Muchlas Abror, yang juga ketua Badan Pembina Suara Muhammadiyah. (Ribas)