Yala, Thailand — Program Mubaligh Hijrah Internasional (MHI) kembali digelar pada Ramadhan 1446 H oleh Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta. Salah satu negara tujuan pengabdian kali ini adalah Thailand, tepatnya di Provinsi Yala dan Narathiwat. Program ini bertujuan membekali para mubaligh dengan pengalaman dakwah lintas negara, sekaligus mengasah kemampuan beradaptasi dengan lingkungan baru.
Bekal Ilmu dan Adaptasi Dakwah
Sebelum diterjunkan ke lokasi masing-masing, para kader mubaligh telah dibekali dengan ilmu keagamaan dan wawasan sosial. Mereka dituntut untuk menyebarkan dakwah secara bijaksana, menjalin komunikasi dengan masyarakat setempat, serta membangun relasi sebanyak mungkin. Keterampilan beradaptasi menjadi kunci utama dalam berdakwah, terlebih di lingkungan yang memiliki budaya berbeda.
Selama menjalankan tugas, para mubaligh juga diwajibkan mempelajari budaya lokal agar tidak melanggar nilai-nilai adat setempat. Mereka berusaha menjalankan dakwah tanpa merusak atau mengotori tradisi yang telah ada sejak dulu. Kepekaan dalam menyikapi perbedaan budaya menjadi salah satu bekal penting bagi para mubaligh.
Tantangan Dakwah di Negeri Gajah Putih
Para mubaligh hijrah yang diterjunkan ke Thailand ditempatkan di dua lokasi, yaitu Provinsi Yala dan Provinsi Narathiwat. Empat kader mubaligh dibagi menjadi dua tim, masing-masing terdiri dari dua orang. Tantangan utama di Thailand adalah bahasa masyarakat setempat yang merupakan campuran antara bahasa Melayu dengan aksen Siam (Thailand). Untuk itu, para mubaligh harus belajar memahami bahasa tersebut guna menjaga kualitas komunikasi dan kedekatan dengan warga.
Di Yala, kegiatan dakwah lebih difokuskan pada ranah sosial kemasyarakatan, sehingga para mubaligh melakukan pendekatan melalui kegiatan sosial yang melibatkan masyarakat sekitar. Mereka turut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan komunitas dan mendukung program-program yang sudah ada di lingkungan tersebut.
Harapan dan Rekomendasi untuk Para Mubaligh
Dengan adanya program Mubaligh Hijrah Internasional ini, diharapkan para mubaligh dapat terlatih dalam menghadapi tantangan dakwah di negeri orang. Selain itu, pengalaman berdakwah di Thailand juga membentuk karakter para mubaligh menjadi lebih tangguh dan peka terhadap perbedaan budaya.
Saran bagi para kader mubaligh ke depan adalah agar mereka mempersiapkan diri dengan mempelajari bahasa Siam dan Melayu secara lebih mendalam. Kemampuan berbahasa menjadi faktor penting dalam menyukseskan dakwah dan membangun komunikasi yang efektif dengan masyarakat setempat.
Sumber:
Muhammad Rayhan Alfarooq dan Yubi, peserta Mubaligh Hijrah Internasional di Yala, Thailand.
Lokasi:
Rumah Anak Yatim FEHRD, Yala, Thailand.