Sekolah Calon Ulama, Pendidik, & Pemimpin Pendidikan 6 Tahun

EN / GB

Mengajar dengan Hati: Pengalaman Mengajar Santri di Bulan Ramadhan

Oleh Ahmad Tino

30 March 2025

Jitra, Kedah, Malaysia — Bulan Ramadhan selalu menjadi momen istimewa bagi Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta. Salah satu tradisi mulia yang dilakukan adalah mengirimkan para santrinya ke berbagai daerah untuk berdakwah langsung di tengah masyarakat. Program ini dikenal sebagai Mubaligh Hijrah dan diwajibkan bagi siswa kelas 10 dan 11 tingkat menengah atas.

Pada tahun ini, saya berkesempatan mengikuti program Mubaligh Hijrah Internasional di Malaysia. Saya ditempatkan di sebuah madrasah tahfidz bernama Madrasah Mustafawiyah, yang beralamat di Unnamed Road, Kampung Tanjung Kapor, Kepala Batas, Kedah. Madrasah Mustafawiyah merupakan lembaga pendidikan tahfidz yang telah berdiri sejak 2017, didirikan oleh Ustadz Hafiz Mustafa Lubis, Ketua Persatuan Ulama Kedah dan mantan Ketua ABIM Kedah. Madrasah ini memfokuskan santrinya pada hafalan Al-Qur'an selama lima tahun, dilanjutkan satu tahun pembelajaran ilmu umum sesuai minat para santri.

Mengajar dengan Hati, Mendekatkan Diri dengan Santri

Selama kurang lebih 20 hari berada di Madrasah Mustafawiyah, keseharian saya dipenuhi dengan mengajar Al-Qur'an dan berinteraksi dengan para santri. Saya mengajarkan Al-Qur'an menggunakan Metode Harfun, yaitu metode moco Quran sak maknane (membaca Al-Qur'an beserta artinya) yang dikembangkan oleh Ustadz Syaikhu Bukhari. Metode ini membantu santri memahami sekaligus menghayati makna ayat-ayat suci.

Antusiasme para santri begitu terasa dalam setiap sesi pembelajaran. Mereka selalu menunjukkan semangat dan senyuman bahagia, meskipun terkadang rasa bosan tidak dapat dihindari. Untuk mengatasinya, saya melakukan ice breaking dengan permainan seperti bisik berantai, tebak-tebakan berhadiah, atau sekadar bercengkerama ringan. Aktivitas ini terbukti mampu menghidupkan kembali semangat mereka dan menciptakan suasana belajar yang lebih menyenangkan.

Merajut Kebersamaan di Luar Kelas

Tidak hanya mengajar, saya juga menyempatkan diri berbaur dengan para santri di luar jam belajar. Setiap sore, saya mengajak mereka bermain bola di halaman belakang madrasah atau memancing bersama. Dari aktivitas sederhana inilah, keakraban kami semakin terjalin erat hingga saya mampu menghafal nama seluruh santri putra, yang jumlahnya mencapai 45 orang. Momen-momen kebersamaan tersebut menjadi kenangan tak terlupakan yang penuh kehangatan dan persahabatan.

Berpisah dengan Harapan untuk Bertemu Kembali

Waktu 20 hari terasa begitu singkat, dan akhirnya tibalah saatnya saya menyelesaikan tugas sebagai mubaligh hijrah di Malaysia. Sebelum pulang, saya berpamitan dan bersalaman dengan seluruh santri. Terlihat raut wajah sedih mereka, seolah mengisyaratkan rasa kehilangan. Namun, di balik itu semua, saya merasa bersyukur dan bangga karena telah meninggalkan kesan yang mendalam bagi mereka.

Ketika hendak menuju terminal bus, beberapa santri menyampaikan harapannya agar saya kembali ke sana suatu hari nanti. Doa dan ucapan perpisahan mereka menyentuh hati saya, membuat pengalaman ini begitu bermakna dan tak terlupakan.

Kegiatan Mubaligh Hijrah Internasional ini tidak hanya memberikan pelajaran bagi para santri, tetapi juga bagi saya pribadi sebagai mubaligh. Pengalaman ini memperkuat pemahaman saya tentang pentingnya mengajar dengan hati, merangkul setiap santri dengan penuh kehangatan, dan meninggalkan jejak kebaikan di setiap langkah dakwah.

Sumber:
 Raihan Nabil Sa'dan, peserta Mubaligh Hijrah Internasional di Jitra, Kedah, Malaysia.
 Tanggal dan Lokasi: Jitra, Kedah, Malaysia, 11 Maret 2025

Mu'allimin dalam angka


Mendidik Sejak

0
0

Tahun Berdiri

0

Jumlah Pelajar

0

Komunitas Siswa

Informasi PPDB Tahun Ajaran 2025/2026

Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Tahun Ajaran 2025/2026 Gelombang 1 masih dibuka sampai dengan 29 Oktober 2024.

00
Hari
00
Jam
00
Menit
00
Detik

© 2021 Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta