Mu’allimin, Malaysia - Menutup rangkaian Immersion Program 2024, para siswa Muallimin International Class (MIC) melanjutkan petualangan mereka dengan menjelajahi dua kota dan negara yang sarat akan sejarah dan modernitas: Melaka dan Singapura. Kunjungan ini dirancang bukan tanpa alasan, mengingat Melaka adalah salah satu kota penting di Asia Tenggara di masa lalu dan tentunya Singapura dengan segala perkembangan dan modernitasnya. Siswa diharapkan mendapatkan pengalaman yang lebih dalam tentang sejarah, budaya, perkembangan teknologi dan memperkaya wawasan para siswa sebelum mereka kembali ke tanah air.
Perjalanan dimulai pada hari Kamis (7/11)pagi, di mana rombongan berangkat dari penginapan di Kuala Lumpur menuju Melaka dengan armada 2 bus. Perjalanan selama lebih dari dua jam terasa singkat berkat penjelasan menarik dari Cik Arun, pemandu wisata berdarah India-Malaysia asli Melaka. Beliau memaparkan sejarah kota ini dengan detail yang membuat perjalanan lebih hidup dan informatif.
Destinasi pertama yang dikunjungi adalah Kompleks Wisata Kota Merah yang termasyhur dengan simpang tiga Dutch Square atau Red Square yang ikonik. Di sini, para siswa menikmati sesi fotografi bersama di depan bangunan kolonial yang ikonik. Suasana meriah terlihat dari antusiasme siswa yang bersemangat mengabadikan momen di salah satu tempat wisata paling terkenal di Melaka.
Setelah itu, rombongan berjalan menyusuri Jonker Street, kawasan Pecinan yang penuh dengan toko-toko tradisional. Cik Arun menjelaskan tentang komunitas Baba dan Nyonya, yang memiliki budaya unik dan berbeda dari masyarakat Tionghoa pada umumnya. Para siswa juga diajak mengunjungi beberapa bangunan bersejarah di Jonker Street, salah satunya ialah The Royal Press, kantor percetakan bersejarah yang menghadirkan suasana vintage dan penuh benda-benda antik. Di sepanjang Jonker Street, siswa juga berkesempatan membeli oleh-oleh sebagai buah tangan untuk keluarga dan kerabat di tanah air.
Selepas berjalan-jalan dan berbelanja, rombongan melaksanakan sholat jama' dzuhur dan ashar di Surau Warisan Dunia yang menghadap langsung ke sungai Melaka, dimana pada masa lalu merupakan sungai yang dilewati oleh kapal-kapal dagang dari berbagai penjuru dunia. Setelah itu, perjalanan dilanjutkan menuju A Famosa, benteng tua peninggalan Portugis yang masih berdiri kokoh. Dengan berjalan kaki, para siswa naik bersama pemandu menuju Bukit St. Paul. Di sana, mereka melihat langsung bekas bangunan gereja berisi batu-batu nisan raksasa dan kuburan kuno, sembari mendengarkan penjelasan sejarah kota ini sebagai pusat perdagangan penting di masa lalu.
Menjelang sore, rombongan beristirahat dan berkesempatan mengabadikan momen di Masjid Selat Melaka, yang menawarkan pemandangan indah di tepi laut. Siswa menikmati waktu santai di sini sebelum melanjutkan perjalanan ke Johor Bahru sebagai persiapan untuk kunjungan hari berikutnya ke Singapura.
Hari kedua, Jumat (8/11), dimulai lebih awal. Rombongan berkesempatan menuju ke Singapura melewati Woodlands Checkpoint, perbatasan Malaysia-Singapura yang dikenal sebagai salah satu perbatasan tersibuk di dunia. Para siswa mendapatkan pengalaman unik melihat suasana sibuk pekerja lintas negara pada pagi hari.
Sesampainya di Singapura, kami disambut oleh pemandu yang merupakan warga Singapura yaitu kak Wati dan bang Istiqlal. Tujuan pertama adalah Universal Studios Singapura. Walaupun tidak masuk ke dalam taman hiburan, para siswa dengan antusias berfoto di depan globe ikonik sebagai kenang-kenangan. Perjalanan berlanjut ke PSA Center untuk makan siang dan berbelanja oleh-oleh khas Singapura di toko.
Destinasi berikutnya adalah Gardens by the Bay, salah satu ikon kota Singapura. Di Flower Dome, para siswa mempelajari aneka tanaman dan bunga dari seluruh dunia, sembari menikmati pemandangan air terjun buatan yang memukau. Selanjutnya, para siswa juga berkesempatan menaiki Supertree Observatory, di mana mereka dapat melihat pemandangan kota Singapura dari ketinggian dan mengagumi arsitektur Marina Bay Sands yang terkenal tepat di depan mata.
Tidak lengkap rasanya jika berkunjung ke Singapura tanpa ke berkunjung dan berfoto di depan patung singa. Selanjutnya, rombongan mengunjungi Merlion Park yang menjadi simbol ikonik Singapura untuk berfoto bersama dan pribadi. Mereka menikmati pemandangan indah yang mencakup Esplanade Concert Hall, Singapore Flyer, dan ArtScience Museum yang berjejer tampak tidak jauh dari Merlion Park. Kunjungan ini terasa istimewa karena bertepatan dengan golden hour, di mana matahari sudah mulai condong ke barat pada sore hari dan memberikan suasana yang natural di sekitar teluk dengan kapal-kapal kecil yang berlalu lalang.
Perjalanan berlanjut ke Masjid Sultan di kawasan Kampong Glam. Di sini, rombongan berkesempatan untuk melaksanakan sholat jama' zuhur dan ashar di masjid paling bersejarah di Singapura. Uniknya, masjid ini adalah satu-satunya yang diizinkan menggunakan pengeras suara untuk mengumandangkan adzan di Singapura. Salah satu pemandu yaitu bang Istiqlal, yang juga cukup fasih berbahasa Indonesia, memberikan informasi menarik tentang bagaimana Singapura menjaga toleransi beragama di negara multikultural ini. Sepanjang perjalanan para pemandu juga tidak bosan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari para siswa tentang sejarah Singapura, bagaimana Singapura mengatur negaranya, bagaimana Singapura bisa bebas macet dan lain sebagainya.
Hari ditutup dengan kunjungan ke The Wonderfall di Bandara Changi, air terjun dalam ruangan tertinggi di dunia yang dihiasi lampu warna-warni saat malam hari. Siswa terpukau dengan keindahan dan keunikan bandara yang sebenarnya lebih mirip destinasi wisata. Menikmati pertunjukan cahaya di sana menjadi penutup yang sempurna sebelum kembali ke Malaysia untuk mempersiapkan kepulangan esok paginya.
Immersion Program selama 14 hari di Malaysia dan Singapura tidak hanya memberikan pengalaman belajar di dalam kelas, akan tetapi di luar kelas, siswa juga mendapatkan kesempatan yang luas untuk memperkaya wawasan tentang sejarah, budaya, sains dan perkembangan teknologi di dua negara tetangga Indonesia ini. Selain itu, para siswa juga mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang keberagaman budaya, cara berpikir global, serta keterampilan beradaptasi di lingkungan internasional.
Selain itu, kesempatan untuk berdialog dengan masyarakat lokal, mengunjungi situs-situs bersejarah, dan mengeksplorasi kemajuan teknologi telah memberikan pelajaran hidup yang tak akan pernah terlupakan. Siswa belajar untuk lebih menghargai keberagaman serta memperluas pandangan mereka tentang dunia di luar kelas.
Dengan berakhirnya Immersion Program 2024, para siswa kembali ke tanah air pada hari Sabtu (9/11) pagi dan mendarat di Yogyakarta pada siang hari pukul 11.2o waktu setempat. Para siswa telah membawa sejuta kenangan, wawasan dan pengetahuan baru. Semoga pengalaman ini menjadi dorongan untuk terus belajar, menjelajah, dan menjadi bekal untuk menjadi calon ulama, pemimpin dan pendidik masa depan sesuai dengan visi Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta.
Selamat datang kembali di tanah air, para kader! Semoga pengalaman yang telah diperoleh menjadi bekal berharga di masa yang akan datang.