BERKALI-KALI saya mendapat nasihat dari para sahabat saya, bahwa menjadi orang shalih di zaman ‘edan’ ini tidak mudah. Terlalu banyak batu sandungan yang akan kita hadapi di sepanjang lorong waktu.
Oleh karena itu, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam pun pernah berpesan kepada diri kita melalui salah seorang sahabatnya yang bernama Sufyan bin Abdullah ats-Tsaqafi radhiyallâhu ‘anhu, yang -- menurut pendapat saya -- hingga saat ini masih relevan untuk kita jadikan sebagai acuan.
Ada sebuah hadits yang sangat populer, yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari sahabat Sufyan bin Abdullah ats-Tsaqafi radhiyallâhu ‘anhu, yang menyatakan bahwa ia (Sufyan) pernah memohon nasihat kepada Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam,
يَا رَسُولَ اللَّهِ قُلْ لِى فِى الإِسْلاَمِ قَوْلاً لاَ أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا بَعْدَكَ - وَفِى حَدِيثِ أَبِى أُسَامَةَ غَيْرَكَ - قَالَ « قُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ فَاسْتَقِمْ ». ‘W
“Wahai Rasulullah, katakan kepadaku suatu ucapan saja yang terkait dengan (ajaran) Islam, yang ketika kau katakan kepadaku (saat ini) aku tidak perlu lagi bertanya kepada siapa pun selain Anda sesudah kau katakan kepadaku ucapan ini.” Rasulullah pun menjawab, “Katakanlah, aku beriman kepada Allah, kemudian bersikap istiqamahlah.” (Hadits Riwayat Muslim dari Sufyan bin Abdullah ats-Tsaqafi, Shahîh Muslim, juz I, halaman 47, hadits nomor 168)
Nah, berpijak pada nasihat Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam ini, kita harus ‘ekstra waspada’, agar diri kita tak terjebak ‘jebakan setan’ yang bisa jadi berupa kerikil-kerikil tajam, atau batu-batu licin yang tak kasat mata yang ‘pada suatu saat’ bisa menjadikan diri kita’ terperosok ke dalam kubangan komunitas setan yang memerdayakan. Na’ ûdzubillâhi min dzâlik.
Marilah, setelh kita beriman, kita pegang teguh ‘tali (agama) Allah’, kapan pun, di mana pun, dan dalam situsi dan kondisi apa pun. Sebagaimana pesan Allah dalam firmannya,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ ﴿١٠٢﴾ وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ ﴿١٠٣﴾
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah memersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu darinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS Āli ‘Imrân/3: 102-10)
Ibda’bi nafsik!
UNIRES - Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Senin - 24 Oktober 2016
Sumber : Tulisan Ust.Drs.H.Muhsin Haryanto.,M.Ag. (Alumni Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta, Dosen UMY, dan UNISA)