Seperti biasa malam kamis kami dikumpulkan oleh pimpinan untuk berkoordinasi mengenai isu-isu terbaru sekitar madrasah dan asrama. Malam itu kami diberi hadiah oleh pimpinan bahwa tidak ada koordinasi tetapi berdiskusi dengan alumni.
Ada seorang alumni yang menceritakan kisahnya kepada kami mengenai salah seorang sosok ustadz yang telah mendidik dia. Ia berkisah bahwa dulu ada seorang ustadz muallimin yang sangat displin dan tanggung jawab menjalankan amanah. Ustadz tersebut mendapatkan jadwal mengajar jam tujuh pagi, padahal jarak rumah beliau dengan madrasah sangatlah jauh, tepatnya di Mertoyudan Magelang. Dia berangkat ke Madrasah sebelum subuh, dan harus berjalan kaki untuk mengejar bus malam jurusan Semarang-Jogjakarta. Beliau lakukan aktifas ini tiap hari.
Masih megenai sosok ustadz yang tiap pagi buta mengejar bus malam untuk mengajar di Muallimin. Suatu hari beliau sedang asyik mengajar di dalam kelas tiba-tiba datang seorang pemuda yang berbicara degannya. Sang ustadz mendengarkan dengan seksama ucapan dari pemuda tersebut. Setelah percakapan selesai sang ustadz meneteskan air mata dan menyapu air mata dengan sapu tangan kemudian sang pemuda meninggalkan kelas.
Melihat tetesan air mata sang ustadz para siswa mengajukan pertanyaan; “afwan ustadz, mengapa meneteskan air mata?”. Anak-anakku ketahuilah bahwa pemuda tadi yang masuk kelas ini adalah anak saya. Anak saya memberi kabar bahwa ibunya meninggal dunia, meninggalkan saya untuk selamanya.
Anak-anak kemudian bertanya lagi; “Kenapa ustadz tidak pulang dan izin ke pimpinan untuk mengurus jenazah istri anda?”. Anak-anakku perlu kalian ketahui bahwa mengurus jenazah itu hukumnya fardu kifayah, dirumah sudah ada sanak keluarga yang mengurus jenazah istri saya. Sedangkan mengajar kalian hukumnya fardu ain, saya berdosa meninggalkan kelas ini sebelum jam pelajaran selesai.
Pesan alumni kepada kami bahwa jika kalian mencari kepintaran di Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta itu sulit, namun jika mencari Nilai. Nilai pengorbanan, pengabdian, kejujuran dan persahaban akan mudah didapatkan.
Jogjakarta, 02122015
Penulis : Ust Dwi Abu Taukhid(musyrif)