Kisah membanggakan berasal dari puluhan alumni Mu'allimin yang kini bermukim di negeri seberang untuk memperkaya wawasan keilmuannya dalam berbagai kompetensi keahlian di belasan perguruan tinggi di luar negeri. Baik mahasiswa S1, S2, maupun program doktoral, mereka tersebar di berbagai negara; Inggris, Prancis, Australia, Mesir, Arab Saudi, Jepang, Malaysia, Turki, Sudan, Cina serta Amerika Serikat.
Para alumni Mu'allimin tersebut untuk sementara waktu 'lari' dari tanah airnya untuk belajar sampai ke luar negeri dengan tujuan utama untuk memperluas wawasan dan menimba ilmu pengetahuan dengan standar mutu yang diakui oleh dunia internasional. Di samping kurikulum dan konten keilmuannya yang kontekstual sesuai perkembangan zaman.
Zalik Nuryana, peserta program doktoral di Nanjing Institute of China berpendapat bahwa pendidikan di Indonesia kurang mendapatkan apresiasi masyarakat internasional, karena konten kurikulumnya yang tidak diorientasikan pada upaya untuk menjawab tuntutan dunia global saat ini. Akibatnya, lulusan lembaga pendidikan di Indonesia kurang memiliki daya saing di kancah dunia global. Apalagi sering berganti-gantinya kurikulum yang lebih dilatarbelakangi oleh sekedar unjuk sensasi pejabat yang tengah berkuasa; sebuah autokritik konstruktif yang perlu mendapat perhatian.
Kecemerlangan pola pikir dari para alumni madrasah tertua di Indonesia tersebut, masih ditambah dengan ghirah dakwah yang terhunjam di hati nurani mereka sebagai anak panah-anak panah persyarikatan Muhammadiyah. Selain menekuni pembelajaran di bangku kuliah, ternyata para intelektual muda ini juga aktif berdakwah dengan mengembangkan Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) di berbagai negara.
Di Malaysia misalnya, mereka telah memiliki gedung megah dan permanen. Hubungan dengan pihak pemerintah setempatpun telah dijalin secara baik. Bahkan, dengan mencari dukungan dari beberapa tokoh Muhamandiyah di tanah air, mereka juga berinisiasi untuk mendirikan lembaga pendidikan tinggi Muhammadiyah di Malaysia.
(HN)