Suryo anakku yang di Mualimin telpon. Intinya minta dijemput. Saya tanya kenapa?
"Aku ingin mendoakan ibu dimakamnya."jawabnya.
"Kan bisa dari pondok le?"
"Gak bisa yah, aku ingin memegang nisanya. Skalian aku mau pamit, besok kamis aku lomba di bogor."
"Ok".
Jawabanya membuatku terharu sekaligus membakar.
Dipondok Muallimin baru dapat 2 bulan. Belum mendapat apa2 pikirku. Tidak lebih baru adaptasi untuk bisa krasan tinggal dan bermukim. Tapi tidak ternyata-sistim Pondok Muallimin membuatnya on fire-mimpinya bergolak.
Selesai dari makam ibunya, dia tanya:
"Ayah aku janji sama ibu, lomba dibogor aku usahakan menang!"
"Amin". Timpalku.
"Saran Ayah apa, biar bisa menang?"
"Jika kamu berani kerjakan dua Hal?"
"Apa itu?"
"Satu yakin". "Mantapkan dalam hati. Ucapkan dengan lisanmu; bahwa kamu bisa. Dan lakukan dengan tindakan atau ketrampilan memainkan robotmu, dengan sepenuh kendali, bahwa kamu mampu".
"Ok, yang kedua apa yah?"
"Kedua: berani ambil resiko. Maksudnya, tidak usah sangu uang. Biar kamu tertantang usahamu. Bahwa pulang harus dapat juara. Dengan begitu kamu dapat hadiahnya. Toh makan minum dan tidurmu sdh panitia yang ngurus."
Agak lama anakku mikirnya.
"Ok yah. Aku berani. Bismillah".
"Itu baru anak Muallimin. Keren." Jawabku.
Dan bener kami berpisah. Sy anter ke asrama. Tanpa saya tinggali uang sangu. Berat. Gak tega. Tapi kapan lagi dia mau melompat tinggi, maka jawabnya adalah :berani merebut kesempatan. Dan ini waktunya....walau brebes mili meninggalkanya.
Ternyata juara itu tidak pernah salah alamat. Siapa yang memuntahkan keringat. Dia yang membawa hasil panenya.
Nb. Le ayah ingat ada hadist nabi, artinya kurang lebih: "Allah itu sesuai PRASANGKA hambanya".
Jika kamu yakin ridloNYA bersamamu. Kamu yakin juara. Kasih sayangnya akan menolongmu. Tetapi jika tidak juara, itu juga tidak PENTING: karena yang kamu butuhkan adalah punya mental BERKOMPETISI. BERLOMBA. Didik mentalmu dengan berani adu prestasi sedari kecil.
Selamat atas penghargaanmu juara 3 tingkat nasional. Lebih dari hebat, untuk anak yang baru dua bulan di Pondok Muallimin. Janjimu buat ibu, kamu lunasi sebelum waktunya.
Oh iya...hadiahmu yang 1 juta. Ayah ingin kamu traktir mie ayam dengan uang itu. (Sebuah tulisan dari Facebook Gothank Wiyadi, orang tua Santri Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta)